Grebeg Sudiro, Asimilasi Hasilkan Tradisi Unik

Jika Yogyakarta memiliki Grebeg Maulud yang digelar tiap tahun oleh Keraton Yogyakarta untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, Solo punya Grebeg Sudiro yang merupakan prosesi syukuran menjelang Tahun Baru Cina. Pejalan yang sedang mengunjungi Solo bertepatan dengan Grebeg Sudiro dapat turut menyaksikan keunikan tradisi yang meleburkan dua budaya ini di sekitar Pasar Gede dan Klenteng Tien Kok Sie. 

Karena acara terdiri dari pawai budaya, bila Anda sewa mobil, pilihlah yang dengan pengemudi agar dapat menurunkan Anda di titik-titik strategis yang terhindar dari kemacetan. Urusan transportasi saat melakukan perjalanan wisata maupun bisnis di Solo dengan mudah dapat memanfaatkan jasa sewa mobil dari TRAC yang praktis. Terlebih harga paket sewa mobil dengan pengemudi sudah termasuk semua tanpa ada lagi biaya tambahan. Mulai dari harga sewa mobilnya sendiri dan jasa pengemudi, komponen harganya pun sudah termasuk bensin, asuransi, tol, dan bahkan parkir. Serunya lagi, durasi sewa mobil dengan pengemudi yang ditawarkan TRAC tersedia pilihan empat dan 12 jam, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 

Berawal di Sudiroprajan

Nama Grebeg Sudiro diambil dari kelurahan bernama Sudiroprajan, sebuah pemukiman etnis Tionghoa yang sudah menetap selama puluhan tahun lalu. Mereka sudah hidup berdampingan dengan warga setempat dan seiring waktu, terjadi pernikahan campuran antara kedua etnis, sehingga menciptakan generasi baru yang memperkuat asimilasi tersebut.

Konsep kerukunan antar etnis dalam bermasyarakat menjadi fondasi diadakannya Grebeg Sudiro yang kini juga merupakan salah satu daya tarik wisata budaya Solo. Diselenggarakan tujuh hari sebelum Imlek, Grebeg Suro terinspirasi dari masyarakat Ponorogo yang mengadakan Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah, dan Kirab Pusaka untuk merayakan 1 Muharram. Grebeg Sudiro pertama kali diadakan pada 2007 dan merupakan pengembangan tradisi Buk Teko (buk sendiri adalah sebutan untuk tempat duduk dari semen di tepi jembatan atau depan rumah) yang diadakan menjelang Tahun Baru Cina. Buk Teko ini sendiri telah dirayakan sejak pemerintahan Paku Buwono X (1893-1939). 

Gunungan, Lampion, dan Janur

Menjelang perhelatan, suasana Sudiroprajan semarak dengan lampion merah dan janur yang terpasang di depan rumah maupun di titik-titik tertentu. Tak hanya warga Tionghoa yang memasang lampion, namun warga non Tionghoa pun turut menghiasi rumah mereka dengan lampion. Sama seperti Grebeg Maulud, Grebeg Sudiro pun menghadirkan gunungan yang dibuat secara bergotong-royong oleh warga setempat dan tersusun dari ribuan kue keranjang, kue khas perayaan Imlek. Kehadiran gunungan ini sendiri dimaknai sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta. Nantinya, gunungan akan dipikul pada jodang (semacam tandu) untuk diarak ke sekitaran Sudiroprajan diiringi pawai kesenian Tionghoa dan Jawa yang berlangsung sekitar Klenteng Tien Kok Sie, di depan Pasar Gede. 

Puncak perayaan ini adalah perebutan kue keranjang yang tersusun di gunungan. Walau terlihat pengunjung riuh berebut makanan, namun dalam filosofi Jawa, proses ini menyimbolkan ora babah ora mamah, yang berarti jika tidak berusaha, maka kita tidak berhak untuk menikmati makanan. Festival budaya ini biasanya ditutup dengan penyalaan lentera atau lampion berbentuk teko yang digantung di atas gerbang Pasar Gede. 

Jika ingin memanfaatkan jasa sewa mobil TRAC, tersedia banyak pilihan untuk melakukan pemesanan. Lakukan pemesanan setidaknya 14 jam sebelum pemakaian.

Untuk kemudahan melakukan reservasi, unduh dan instal aplikasi TRACtoGo di Google Play Store dan Apple App Store. Dapatkan juga berbagai promo dan penawaran terbaik hanya di aplikasi keren ini. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi Customer Assistance Center TRAC melalui nomor telepon 1500009 atau mengirimkan email ke rco.nasional@trac.astra.co.id.